JURNALSULSEL.COM, LUWU TIMUR–Kabupaten Luwu Timur menargetkan penurunan prevalensi stunting hingga 14,6 % pada tahun 2023 ini bahkan akan mencapai 14% pada tahun 2024 mendatang.
Harapan penurunan angka stunting ini disampaikan oleh ketua TP PKK Kabupaten Luwu Timur, Hj. Sufriaty Budiman sekaligus Wakil Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Kabupaten Luwu Timur, saat membuka kegiatan Mini Lokakarya triwulan I tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Dinas P2KB di Aula kantor camat Wasuponda, Senin (13/03/2023).
Menurut Hj. Sufriaty, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting Kabupaten Luwu Timur mengalami kenaikan pada tahun 2022 yaitu sebesar 22,6% atau naik 2,7% dari angka 19,9% pada tahun 2021. Saat ini Luwu Timur berubah menjadi urutan kelima terendah dari 24 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan.
Olehnya itu, Ketua TP PKK Lutim ini berpesan kepada stakeholder terkait agar tidak bosan untuk terus gencar melakukan sosialisasi stunting dan pendampingan kepada masyarakat terkait percepatan penurunan stunting.
“Bukan hanya Tim pendamping keluarga, TP-PKK kecamatan dan desa saja yang harus gencar dalam hal pendampingan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang stunting, tetapi dinas terkait juga terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat,” harap Sufriaty.
“Harapan kita kedepannya agar hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting Kabupaten Luwu Timur dapat menurun dari 22,6% di tahun 2022 menjadi 14,6 % ditahun 2023 dan 14,00 % pada tahun 2024,” urai istri Bupati Luwu Timur tersebut.
“Jadikan hasil dari SSGI menjadi motivasi kita semua, diingatkan pula untuk Dinas Kesehatan terkhusus kader posyandu yang merupakan ujung tombak agar lebih teliti dalam melakukan pengukuran tinggi badan terhadap bayi dan balita agar tidak terjadi kesalahan dalam penentuan data stunting dan terjadi penggandaan data,” tandas Sufriaty Budiman.
Dari data stunting yang disajikan EPPBGM per Agustus 2022, Persentase Stunting tertinggi berada Kecamatan Wasuponda yakni 20,52%, Malili 16,16%, Towuti 15,88%, Burau 9,84%, wotu 3,54%, Tomoni Timur 2,85%, Tomoni 2,16%, Kalaena 2,05%, Mangkutana 1,95%, Angkona 1,6% dan Nuha 1,13%, data ini bersumber dari Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPBGM) per Agustus 2022.
Sedangkan untuk keluarga berisiko Stunting tercatat 8 kecamatan tertinggi yang merupakan lokus Stunting tahun 2023 yaitu Kecamatan Towuti berkisar 49,26%, Burau 40,7%, Nuha 25,45%, Malili 20,94%, Angkona 18,76%, Wotu 18,09%, Tomoni Timur 15,86%, Mangkutana 11,2%, Wasuponda 11,11%, Tomoni 10,62%, dan Kalaena 9,95%.
Kepala Bidang Keluarga Berencana DP2KB Luwu Timur, Suliati mengharapkan melalui kegiatan Mini Lokakarya Percepatan Penurunan Stunting dapat mengawal dan mengevaluasi pelaksanaan Pendampingan Keluarga di Tingkat Kecamatan serta laporan kondisi pendampingan keluarga dan program percepatan Penurunan Stunting di seluruh desa/ kelurahan.
“Saya berharap beberapa program diantaranya pendampingan ibu hamil, pencegahan pernikahan dini dan beberapa program lainnya mampu digalakkan dan difokuskan agar penurunan angka stunting dapat dipercepat hingga memenuhi target yang telah ditetapkan,” tutup Suliati.
Turut hadir, Sekdis DP2KB, Camat Towuti, Wasuponda dan Nuha, Danramil Nuha, Kapolsek Wasuponda, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Pertanian, Dinas Kesehatan, Kepala KUA Towuti, Wasuponda, dan Nuha, Kepala Puskesmas Towuti, Wasuponda dan Nuha, TPK dan TP-PKK kecamatan dan desa.
(ikp/kominfo-sp)
Komentar