Kisah Maskur, Pemuda Wotu yang Menginspirasi, Mengubah Limbah Plastik Menjadi Paving Block

JURNALSULSEL.COM, LUWU TIMUR—Limbah berbahan plastik masih menjadi permasalahan di Indonesia sampai saat ini, berbagai upaya masyarakat lakukan agar terhindar dari penggunaan pemakaian bahan plastik. Dengan tujuan untuk mengurangi limbah plastik.

Bagi banyak orang, sampah dipandang sebagai limbah yang harus segera dibuang jauh-jauh, karena bau dan tidak lagi berguna.

Namun, tidak sedikit orang yang berfikiran untuk menjadikan limbah plastik sebagai bahan yang bisa digunakan.

Di kabupaten Luwu Timur misalnya, tepatnya di desa bawalipu kecamatan Wotu ,Sulsel,ada seorang pemuda yang berinisiatif menjadikan limbah plastik untuk didaur ulang.

Pemuda itu bernama Maskur (37), dengan tangan terampilnya ia sukses mengolah limbah plastik menjadi bahan yang bernilai ekonomis tinggi.

Ditemui awak media jurnalsulsel.com pemuda lulusan sarjana teknik ini menceritakan pengalamannya sehingga ide mengolah limbah plastik itu muncul.

Maskur mengaku bahwa awalnya ia terpikir bagaimana caranya kita memanfaatkan pemuda sekitar agar berdaya.

“Awalnya dek, mau jika liat pemuda di sekitar lingkungan ku bisa diberdayakan”Kata maskur, Minggu, (19/09/21).

Berbekal pengalaman dari perantauan di pulau jawa, dengan modal pengalamannya iapun mencoba mengolah limbah plastik dijadikan paving block.

” Setelah lulus kuliah, pergi merantau ke jawa disitu saya banyak belajar bahwa limbah bisa dijadikan hal yang berguna”.ucapnya

Keputusannya mendaur ulang sampah hanya karena alasan sederhana.

Maskur terganggu saat melihat sampah-sampah tersebut kerap berceceran dan berserakan di sembarang tempat.

Kiprah pemuda lulusan sarjana teknik Desa Bawalipu, Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur, Sulsel, ini telah memberikan dampak luar biasa bagi lingkungan di sekitarnya.

Selain membuat keberadaan sampah anorganik di lingkungan jadi berkurang, maskur juga turut mengurangi beban tempat pembuangan akhir (TPA) di Luwu Timur yang mungkin kondisinya sudah melebihi kapasitas.

Tak hanya itu, apa yang dilakukan maskur ini pelan tapi pasti mampu mengikis angka pengangguran di lingkungan tempat tinggalnya jika ide ini terus dikembangkan dan berkelanjutan.

Limbah Plastik yang di daur ulang menjadi paving block
Limbah Plastik yang di daur ulang menjadi paving block.

Memberdayakan Masyarakat Untuk Tidak Buang Sampah Sembarangan

Kendati kegiatannya jika berlanjut untuk mendulang profit, Maskur berprinsip bahwa apa yang dilakukannya harus bermanfaat bagi lingkungan dan bisa memberdayakan masyarakat.

Untuk itu, dalam hal mendapatkan pasokan limbah plastik, ia akan melibatkan warga setempat, termasuk menggandeng pihak instansi terkait dan sekolah-sekolah.

“Saya usulkan di pemdes agar rumah warga difasilitasi tempat sampah masing-masing nya biar sampah plastik bekas dibuang ditempat sampah itu. Kita manfaatkan warga untuk tidak buang sampah sembarangan,” kata maskur.

Cara pengolahan

Maskur menerangkan, bahwa dalam mengolah limbah plastik masih menggunakan alat sederhana yang dibuat olehnya.

“Saya membuat wadah untuk mendaur ulang limbah palstik, menggunakan besi plat yang dibentuk sebagai cetakan paving block”.

Sebelum dilakukan penghancuran, limbah plastik dibersihkan terlebih dahulu.

Setelah dibersihkan, plastik itu kemudian dimasukkan ke dalam wadah untuk di masak lalu dimasukkan ke cetakan paving block.

Tidak hanya menjadi paving block biasa melainkan paving block itu lebih kuat dibandingkan dengan paving block yang terbuat dari semen, hal itu diperlihatkan saat uji coba paving yang telah dibuatnya.

Menurutnya satu paving yang ia buat bisa menahan beban hingga 500 kg, bahkan jika terkena air hujan justru ia semakin kuat.

“Satu paving block saya bikin itu dek bisa menahan beban sampai 500 Kg dan tahan dari hujan, justru terkena hujan semakin kuat”.ujarnya

Maskur bermimpi, suatu hari nanti, ia bisa memproduksi lebih banyak paving block dan memberdayakan pemuda sekitar.

Dirinyapun berharap agar pemerintah desa dan kabupaten memberikan dukungan agar gagasan ini bisa menginspirasi dan berkelanjutan

“Namun perlu modal besar. Semoga saja pemerintah mau peduli dengan apa yang saya lakukan”.tutupnya sambil tersenyum.

(JS)

Komentar