Jurnalsulsel.com, Grobogan – Minggu, 11 Agustus 2024, pelaksanaan Lokakarya Kedua yang diadakan di SMPN 3 Purwodadi, Grobogan berlangsung dengan penuh semangat dan antusiasme. Lokakarya ini merupakan kelanjutan dari seri lokakarya dalam program guru penggerak angkatan 11 yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan peserta dalam bidang pengembangan diri dan profesionalisme pendidik.
Sejak pagi hari, suasana di lokasi lokakarya sudah dipenuhi oleh energi positif. Para peserta, terlihat sangat bersemangat untuk mengikuti sesi-sesi yang telah dirancang dengan cermat. Para Pengajar Praktik, yang merupakan ahli di bidangnya, memulai acara dengan sesi motivasi yang memacu semangat dan kesiapan mental para peserta.
Selama lokakarya, peserta terlibat aktif dalam berbagai kegiatan, mulai dari diskusi kelompok, simulasi kasus, hingga latihan praktikal. Mereka tidak hanya memperlihatkan ketertarikan yang mendalam terhadap materi yang disampaikan, tetapi juga berpartisipasi dengan penuh gairah. Interaksi yang terjadi selama sesi tanya jawab dan diskusi menunjukkan betapa bersemangatnya peserta untuk mendalami topik-topik yang dibahas dan menerapkan pengetahuan baru yang mereka peroleh.
Semangat ini juga tercermin dari umpan balik yang diberikan peserta di akhir acara. Banyak dari mereka yang menyatakan bahwa lokakarya ini tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga memberikan motivasi baru untuk mencapai tujuan profesional mereka sebagai calon guru penggerak. Keseriusan dan keterlibatan peserta dalam setiap sesi menunjukkan betapa pentingnya kesempatan ini bagi mereka dalam pengembangan karier dan diri mereka sendiri.
Bertema “Merumuskan Prakarsa Perubahan,” acara ini mengadopsi metode alur BAGJA yang mencakup lima langkah strategis: Buat pertanyaan (Define), Ambil pelajaran (Discover), Gali mimpi (Dream), Jabarkan rencana (Design), dan Atur eksekusi (Deliver).
Pada tahap Define, peserta belajar bagaimana merumuskan pertanyaan yang tepat untuk mengidentifikasi permasalahan dan tindakan-tindakan yang harus di lakukan .
Selanjutnya, pada tahap Discover, peserta diajak untuk mengambil pelajaran dari pengalaman dan data yang ada. Mereka terlihat aktif dalam menganalisis informasi dan belajar dari studi kasus yang disajikan. Ketertarikan mereka untuk memahami pelajaran dari setiap pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain menambah kekuatan dalam merumuskan prakarsa perubahan.
Di tahap Dream, peserta diajak untuk menggali mimpi dan visi mereka tentang perubahan yang ingin dicapai. Keterlibatan mereka dalam sesi brainstorming dan penciptaan visi menunjukkan semangat yang besar untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.
Pada tahap Design, peserta bekerja keras dalam merancang rencana aksi yang konkret dan terukur. Mereka menunjukkan kreativitas dan ketelitian dalam menyusun langkah-langkah yang diperlukan untuk merealisasikan mimpi mereka dalam prakarsa perubahan.
Akhirnya, pada tahap Deliver, peserta membahas strategi eksekusi dan implementasi. Semangat mereka dalam merencanakan dan menyusun langkah-langkah tindakan konkret sangat mengesankan, menunjukkan kesiapan mereka untuk mengimplementasikan prakarsa perubahanyang telah dirancang.
Selain pembahasan Prakarsa perubahan, highlight dari lokakarya ke 2 ini adalah sesi simulasi pemecahan kasus yang melibatkan siswa bermasalah, di mana peserta diminta untuk menerapkan segitiga restitusi. Segitiga restitusi ini terdiri dari tiga komponen penting: menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan. Pendekatan ini dirancang untuk membantu peserta memahami dan menangani situasi konflik dengan lebih efektif.
Menstabilkan Identitas adalah langkah pertama, di mana peserta belajar cara mendukung dan memperkuat rasa diri siswa yang mengalami masalah. Dengan menstabilkan identitas, peserta berusaha menciptakan lingkungan yang aman dan positif bagi siswa agar mereka merasa dihargai dan didukung dalam proses perbaikan.
Validasi Tindakan yang Salah adalah tahap kedua, di mana peserta mempraktikkan cara yang konstruktif untuk memvalidasi dan membahas kesalahan yang telah dibuat siswa. Pendekatan ini penting untuk menghindari stigma dan membantu siswa memahami kesalahan mereka tanpa merasa tertekan.
Terakhir, Menanyakan Keyakinan adalah langkah di mana peserta mengajak siswa untuk merefleksikan keyakinan kelas yang telah di sepakati bersama. Dengan menggali lebih dalam mengenai pandangan dan alasan siswa di balik tindakan mereka, peserta dapat membantu siswa menemukan cara untuk memperbaiki perilaku dan membuat keputusan yang lebih baik di masa depan.
Selama sesi ini, peserta menunjukkan semangat yang tinggi dan keterlibatan yang mendalam. Mereka aktif berdiskusi, mengajukan pertanyaan, dan berbagi perspektif tentang bagaimana menerapkan segitiga restitusi dalam berbagai situasi. Energi positif ini mencerminkan komitmen mereka untuk tidak hanya memahami teori tetapi juga menerapkan solusi praktis dalam menangani masalah siswa.
Secara keseluruhan, pelaksanaan Lokakarya Kedua ini menunjukkan betapa besar antusiasme peserta dalam belajar dan berkembang. Semangat mereka tidak hanya membuat acara ini sukses, tetapi juga memberikan inspirasi bagi semua pihak yang terlibat untuk terus melanjutkan upaya pengembangan kompetensi yang bermanfaat. (*/dirman)
Komentar